Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

[CERPEN] Memenjarakanmu Ke Dalam Bait Doaku (Dimuat di Koran Waspada Pada Minggu, 27 November 2016)

Gambar
Koran Waspada Edisi Minggu, 27 November 2016       Memenjarakanmu Ke Dalam Bait-bait Doaku                                        Cerpen : Feby Farayola           Semua orang tahu bahwa jatuh cinta adalah fitrah manusia. Jatuh cinta tidak bisa dicegah dan juga tidak bisa ditentukan akan jatuh kepada siapa. Sang pemilik hatilah yang mengatur itu semua. Aku percaya, rencanya-Nya selalu indah. Seperti indahnya perasaan yang sedang ku rasakan kini padanya.             Manusia tidak ada yang sempurna. Tetapi di mataku dirinya begitu sempurna meski orang lain tidak beranggapan serupa. Mereka bilang fisikmu tidak indah. Namun bukan fisikmu yang membuatku jatuh hati. Melainkan sikap dan caramu berfikir. Keindahan raga itu fana. Maka tak seharusnya hal tersebut di puja-puja. Mereka berkata penampilanmu tidak istimewa. Namun aku suka dirimu yang apa adanya. Ah, mereka tidak tahu bahwa cinta lebih dari sekedar keindahan fisik semata.             ***             Adzan magri

[CERPEN ANAK] Terima Kasih Guruku (Dimuat di Rubrik Taman Riang Koran Analisa, Minggu 27 November 2016)

Gambar
Koran Analisa Edisi Minggu, 27 November 2016             Sebentar lagi hari guru akan segera tiba. Amel ditunjuk oleh bu Ratna untuk membaca puisi pada upacara perayaan hari guru nanti. Bu Ratna adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia yang mengajar di kelas Amel. Bu Ratna merupakan guru yang disenangi oleh murid-murid karena cara mengajarnya yang menyenangkan dan juga tidak pernah berlaku kasar. Namun, Amel menolaknya dengan alasan kurang percaya diri. Bu Ratna mencoba membujuk Amel dengan memberikan nasehat dan motivasi. Bu Ratna memilih Amel karena baginya Amel adalah murid yang unggul dalam mata pelajaran bahasa indonesia di kelas. Tetapi Amel tetap pada pendiriannya.             “Amel tidak percaya diri tampil di depan umum, bu.” Ucap Amel.             “Kenapa begitu Amel?” Tanya bu Ratna.             “Amel takut.”             “Takut? Apa yang Amel takutkan?” Tanya bu Ratna lagi.             Kali ini Amel tidak menjawab.             “Ya sudah, kalau begitu