[CERPEN ANAK] Terima Kasih Guruku (Dimuat di Rubrik Taman Riang Koran Analisa, Minggu 27 November 2016)
Koran Analisa Edisi Minggu, 27 November 2016 |
Sebentar lagi hari guru akan segera
tiba. Amel ditunjuk oleh bu Ratna untuk membaca puisi pada upacara perayaan
hari guru nanti. Bu Ratna adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia yang mengajar
di kelas Amel. Bu Ratna merupakan guru yang disenangi oleh murid-murid karena
cara mengajarnya yang menyenangkan dan juga tidak pernah berlaku kasar. Namun,
Amel menolaknya dengan alasan kurang percaya diri. Bu Ratna mencoba membujuk
Amel dengan memberikan nasehat dan motivasi. Bu Ratna memilih Amel karena
baginya Amel adalah murid yang unggul dalam mata pelajaran bahasa indonesia di
kelas. Tetapi Amel tetap pada pendiriannya.
“Amel tidak percaya diri tampil di
depan umum, bu.” Ucap Amel.
“Kenapa begitu Amel?” Tanya bu Ratna.
“Amel takut.”
“Takut? Apa yang Amel takutkan?”
Tanya bu Ratna lagi.
Kali ini Amel tidak menjawab.
“Ya sudah, kalau begitu Amel baca
puisinya di upacara peryaan hari guru tahun depan saja.” Ucap bu Ratna pada
akhirnya sambil tersenyum.
Amel pun undur diri lalu pergi
meninggalkan ruangan guru dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya Amel sangat
ingin membaca puisi pada upacara perayaan hari guru nanti. Tetapi jika
mengingat pengalaman yang pernah dialaminya ketika SD ia merasa tidak yakin
bisa tampil di depan umum dengan rasa percaya diri yang utuh.
Keesokan harinya bu Ratna melihat
Amel sedang termenung di tempat duduknya. Bel istirahat telah berbunyi sejak
tadi. Namun Amel tidak beranjak dari tempat duduknya.
Bu Ratna pun menghampiri Amel. “Kenapa di kelas
saja Amel? Bel istirahat sudah berbunyi lho.”
“Amel lagi bingung, bu.”
“Bingung? Bingung kenapa?”
Mulanya Amel ragu untuk menceritakan
hal yang membuatnya bingung. Namun akhirnya ia menceritakannya juga. Bu Ratna
adalah sosok guru yang baik. Amel yakin bu Ratna pasti akan memberikan solusi
yang baik untuknya.
Amel pun mulai bercerita bahwa dulu
ketika SD dirinya pernah membacakan puisi pada upacara perayaan hari guru.
Waktu itu adalah pertama kalinya bagi Amel tampil di depan umum. Amel merasa
gugup luar biasa sehingga ia membacakan puisi tersebut dengan suara bergetar.
Amel menjadi bahan tertawaan. Semenjak hari itu Amel takut tampil di depan umum
lagi.
“Kesalahan yang Amel lakukan itu adalah
sebuah pembelajaran supaya Amel nggak melakukan kesalahan yang sama di masa
depan. Amel gak boleh nyerah hanya karena pernah mengalami kegagalan. Amel kan
tahu kalau kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, iya kan?” Ucap bu Ratna.
Amel mengangguk.
“Nah, berarti Amel mau kan baca puisi
di upacara perayaan hari guru nanti?” Tanya bu Ratna.
Perlahan, Amel mengangguk. Amel
berharap semoga kali ini dirinya tidak melakukan kesalahan lagi.
***
Hari guru pun tiba. Amel berdiri
dengan berani di hadapan para guru dan juga murid-murid yang lain. Ia
membacakan sebuah puisi dengan bantuan alat pengeras suara.
Ku tulis sebuah puisi
untuk seorang pahlawan tanpa tanda
jasa
Pengorbanannya sungguh mulia
Ilmu yang diajarkannya begitu
berharga
Tak pernah ia lelah membantuku
meraih cita-cita
Dialah guruku
Terima kasih guruku
Para guru dan murid-murid bertepuk
tangan usai Amel membacakan puisi tersebut. Amel melihat bu Ratna tersenyum
sambil mengacungkan dua jempol untuknya. Terima kasih bu Ratna.
***
Komentar
Posting Komentar