[CERPEN ANAK] Gara-gara Kolak Ubi (Dimuat di Koran Analisa Pada Minggu, 11 Juni 2017)
Gara-gara Kolak Ubi
Oleh
: Feby Farayola
Bulan ramadhan datang kembali. Laras menyambutnya dengan
penuh suka cita. Sejauh ini ia mampu berpuasa selama seharian penuh. Ketika
berbuka puasa, Laras tak pernah lupa meminta ibu agar membeli kolak ubi dingin.
Kolak ubi dingin adalah salah satu makanan kesukaan Laras.
Tanpa terasa bedug magrib pun terdengar. Segera Laras
membatalkan puasanya dengan meminum segelas air putih. Tak lupa ia berdoa
terlebih dahulu. Kemudia ia mulai menyantap kolak ubi dingin kesukaannya lalu lanjut
menyantap sepiring nasi dengan lauk ayam goreng.
“Laras, makanannya jangan dihabiskan sekaligus. Nanti
kamu sakit perut,” tegur ibu.
“Ibu tenang aja. Laras tahu kok porsi yang sesuai supaya
nggak sakit perut. Lagian ibu tahu kan kalau kolak ubi dingin ini makanan
kesukaan Laras. Dari tadi Laras nunggu bedug magrib supaya bisa cepat-cepat
memakannya,” sahut Laras.
Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah
Laras.
Keesokan harinya Laras kembali meminta ibu agar membeli
kolak ubi dingin. Seperti kemarin, ibu membelikannya untuk Laras.
“Ingat ya, Laras. Jangan dihabiskan sekaligus. Nanti kamu
sakit perut,” ucap ibu pada Laras yang saat itu ikut berbelanja di pasar.
Ketika suara bedug magrib terdengar, Laras melupakan
kata-kata ibu. Usai berdoa dan meminum segelas air putih, Laras melahap
semangkuk kolak ubi dingin lalu nasi dengan lauk cumi-cumi sambal.
“Laras, ibu bilang kan jangan dihabiskan sekaligus!”
tegur ibu.
Laras hanya tersenyum-senyum mendengar teguran ibu.
Usai melaksanakan sholat magrib, Laras merasa dadanya
sesak. Perutnya terasa mual. Laras pun menangis sambil memanggil-manggil ibu.
Tak lama kemudian Laras muntah-muntah. Sekujur badannya lemas dan kepalanya
pusing.
“Kan sudah ibu bilang, jangan terlalu banyak makan waktu
berbuka puasa. Begini kan jadinya,” ucap ibu.
Ibu benar. Hari ini Laras lebih banyak makan dari kemarin
sehingga ia kekenyangan. Perutnya terasa sangat penuh terisi makanan. Akhirnya
Laras harus istirahat di rumah dan tidak bisa melaksanakan sholat terawih
seperti biasanya bersama ibu dan ayah. Laras kapok. Besok ia tidak mau makan
terlalu banyak lagi ketika buka puasa meskipun kolak ubi dingin dan makanan
lezat masakan ibu menggodanya.
***
Komentar
Posting Komentar