Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

[CERPEN] Nyanyian Sungai Nil (Dimuat di Koran Waspada, Minggu 2 Desember 2018)

Gambar
Nyanyian Sungai Nil Oleh : Feby Farayola             Langit malam kota Cairo masih terjaga menemani Dzulkarnain yang sedang bersimpuh sambil bercucuran air mata dalam sujudnya. Sepertiga malam seperti saat ini adalah saat yang sakral untuk mengadu perihal segal hal yang memebelenggu dan juga meminta yang selama ini didamba. Begitupun dengan pemuda itu. Sebagai seorang hamba yang merasa hina dan penuh dosa tak henti-hentinya Dzulkarnain menyusun tangga-tamgga doa untuk menuju pintu ampunan sang maha pencipta.             Sudah sekian tahun lamanya ia tinggal di bumi tempat kelahiran para nabi dengan harapan saat pulang ke kampung halaman nanti ia telah menyelesaikan pendidikan S1 dan menjadi pendakwah yang mampu membangunkan jiwa para umat yang sedang terlelap dalam keterlenaan terhadap dunia. Besar harapan kedua orang tuanya terhadapnya. Selain karena Dzulkarn...

[CERPEN] Pertanyaan Sang Pendosa Kepada Kekasihnya (Dimuat di Koran Medan Pos, Minggu 2 Desember 2018)

Gambar
Koran Medan Pos Versi Digital Pertanyaan Sang Pendosa Kepada Kekasihnya Oleh : Feby Farayola                           Seandainya Tami tidak membatalkan pernikahan mereka secara sepihak dan tiba-tiba, mungkin Abdi akan menjadi laki-laki yang paling beruntung karena bisa menjadi suaminya. Bagaimana tidak? Tami adalah perempuan dengan keindahan paras yang tak perlu diragukan. Selain itu ia juga berpendidikan tinggi dan memiliki pemikiran terbuka. Perempuan itu juga dianugerahi sikap dan tingkah laku yang membuat siapapun yang mengenalnya menyenanginya. Laki-laki mana yang tidak ingin memiliki pendamping sesempurna itu?             Tidak ada penjelasan apa-apa yang diberikan Tami perihal keinginannya untuk membatalkan pernikahan itu. Dipertemuan terakhir mereka Abdi sempat bertanya, apakah ini mengenai...

[CERPEN] Kamajaya Dan Kamaratih (Dimuat di Koran Jurnal Asia, Sabtu 27 Oktober 2018)

Kamajaya dan Kamaratih Oleh : Feby Farayola                          Hari silih berganti. Namun pikiran pria paruh baya itu masih jalan di tempat pada masa lalu. Ia hidup dalam kehampaan semenjak tamu tidak tahu malu yang bernama kehilangan itu mengunjunginya. Saban hari dihabiskannya dengan membersihkan debu yang menempel pada wayang kulit tokoh Kamajaya dan Kamaratih yang menjadi pajangan di dinding kamarnya. Kedua wayang kulit tersebut sangat bernilai baginya. Sebab kedua benda tersebut menyimpan kenangan yang sangat berharga bersama istrinya yang kini telah dijemput maut ketika melahirkan buah cinta mereka.             Istrinya adalah perempuan berparas ayu dengan sikap rendah hati. Pertemuan mereka terjadi ketika diadakannya sebuah pegelaran wayang kulit. Saat itu, pria paruh baya tersebut berperan...