Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

[CERPEN] Jerat Kedua (Dimuat Di Koran Waspada, Minggu 10 Maret 2019)

Gambar
Jerat Kedua Cerpen : Feby Farayola             “Jika patah hati adalah sebuah jerat, apakah kau akan memilih untuk tidak jatuh cinta lagi?”             Di luar, hujan masih turun dengan deras. Dan gadis itu belum juga lelah melayangkan banyak pertayaan pada seorang laki-laki yang duduk di hadapannya sambil menyeruput segelas kopi.             Senja merangkak ke tubuh malam. Namun hari ini senja berlalu tanpa semburat orange yang membalut langit. Untungnya, sebelum semesta menangis, dua insan itu sudah tiba terlebih dulu di kafe tersebut. Mulanya mereka hendak pergi ke salah satu taman kota yang ada di kota ini. Di sana terdapat banyak lapak yang menjual buku-buku bekas. Tetapi karena mereka tidak menemukan buku yang dicari dan mega mendung juga telah mengepul di atas sana, mereka memutuskan unt...

[ARTIKEL] Pentingnya Kesadaran Menjaga Lingkungan (Dimuat Di Koran Analisa, Minggu 16 Maret 2019)

Gambar
Pentingnya Kesadaran Menjaga Lingkungan Oleh : Feby Farayola             Berbicara mengenai banjir dan permasalahan lingkungan lainnya seperti tidak ada habisnya. Terlebih pada musim pancaroba seperti saat ini. Banjir seolah telah menjadi teman sehari-hari masyarakat, khususnya masyarakat kota Medan. Mengingat curah hujan yang tinggi dan mirisnya kondisi daerah serapan air di kota Medan.             Sebenarnya hal tersebut bukan satu-satunya faktor penyebab banjir. Menyoal mengenai tumpukan sampah yang bertebaran dimana-mana dan selokan yang tersumbat juga menjadi penyebabnya. Hal ini terjadi karena minimnya tingkat keperdulian masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Terkesan sepele memang. Namun jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang dapat mengundang bencana.        ...

[CERPEN] Matahari Di Malam Hari (Dimuat di Koran Waspada, Minggu 17 Februari 2019)

Gambar
Matahari Di Malam Hari Cerpen : Feby Farayola                         Bahkan orang buta sekalipun mengerti bahwa matahari hanya bersinar pada pagi hingga sore hari. Ketika senja beranjak pulang, saat itulah bulan dan bintang-bintang menggantikan perannya menerangi bumi. Namun gadis kecil itu bersi keras bahwa matahari juga bersinar pada malam hari. Bahkan gadis kecil itu mengaku bahwa ia dapat melihat matahari yang ajaib tersebut. Ia tidak perduli dengan tatapan aneh yang dilemparkan semua orang padanya karena pengakuannya tersebut. Baginya, mereka hanyalah orang-orang malang yang tidak beruntung sebab tidak dapat melihat matahari di malam hari tersebut seperti dirinya.             “Mungkin matahari yang ia maksud adalah bulan. Bukankah matahari dan bulan sama-sama berbentuk bulat?” ...