[CERPEN ANAK] Biola Peri Andrea (Dimuat di Rubrik Taman Riang Koran Analisa, Minggu 25 September 2016)



           
            Peri Andrea adalah peri yang gemar bermain biola. Ia tinggal di negeri Gedeon. Peri Andrea selalu memainkan biolanya menjelang pagi dan malam hari. Banyak penduduk negeri Gedeon yang menyukai permainan biola peri Andrea yang terdengar begitu merdu. Namun ada juga yang tidak menyukai hal tersebut. Yaitu Igor si ayam jantan dan Owly si burung hantu.
            Igor dan Owly merasa peri Andrea telah menyaingi mereka. Seharusnya penduduk negeri Gedeon mendengar suara kokokan Igor saat menjelang pagi. Bukan permainan biola peri Andrea. Bagi Igor, suara kokokannya tidak kalah merdu dengan permaianan biola peri Andrea. Igor sangat kesal pada peri Andrea. Begitupun dengan Owly. Dulu, Owly selalu menyanyi untuk menghibur penduduk negeri Gedeon pada malam hari. Namun semuanya berubah semenjak peri Andrea memiliki biola itu. Igor dan Owly sepakat, mereka akan menghancurkan biola milik peri Andrea agar ia tahu rasa.
            Keesokan harinya, Igor dan Owly mengintai rumah peri Andrea untuk melaksanakan rencana mereka. Ternyata peri Andrea sedang pergi ke toko roti milik peri Roko. Igor dan Owly bersorak kegirangan. Mereka mengira, rencana mereka akan berhasil. Namun kenyataannya tak sesuai dengan yang diharapkan. Ketika Igor dan Owly hendak menghancurkan biola tersebut dengan batu yang sengaja mereka bawa, biola tersebut bergerak sendiri lalu memukuli mereka. Igor dan Owly sangat ketakutan. Cepat-cepat mereka berlari meninggalkan rumah peri Andrea. Tanpa sengaja, mereka bertemu dengan ratu peri dan peri Andrea. Peri Andrea heran melihat biolanya bergerak sendiri. Setahu peri Andrea, biola miliknya itu hanya akan bergerak sendiri jika ada orang jahat.
            “Igor? Owly? Apa yang terjadi?” tanya peri Andrea heran.
            Igor dan Owly bingung hendak menjawab apa. Meraka tidak berani berkata dengan jujur. Ratu peri pasti menghukum mereka. Karena Igor dan Owly diam saja, biola itu kembali memukuli mereka. Akhirnya, Igor dan Owly mengaku juga.
            “Sebenarnya kami ingin menghancurkan biola mu peri Andrea,” ucap Igor dan Owly.
            “Menghancurkan biolaku? Tapi kenapa?” tanya peri Andrea dengan terkejut.
            “Aku kesal karena penduduk negeri Gedeon lebih menyukai permainan biolamu daripada suara kokokanku.” Igor mengaku dengan penuh sesal.
            “Aku juga kesal karena semenjak kau mempunyai biola itu, penduduk negeri Gedeon tak lagi menyukai nyanyianku.” Owly mengaku dengan penuh sesal juga.
            Ratu peri menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata, “Igor, Owly, kalian tahu kenapa biola itu bergerak sendiri lalu memukuli kalian? Karena biola itu tahu bahwa kalian punya niat jahat. Biola itu dibuat dari kayu pohon jati ajaib yang tumbuh di hutan Alvania. Biola itu hadiah untuk Ayah peri Andrea karena ia pernah menyelamatkan negeri Gedeon dari penyihir jahat. Sayangnya, ia malah mati karena dikutuk oleh penyihir jahat itu. Biola itu adalah kenangan Ayah peri Andrea satu-satunya. Apakah kalian masih berniat menghancurkannya?”
            Igor dan Owly menggeleng bersamaan. “Maafkan kami peri Andrea,” ucap mereka.
            “Igor, Owly, seharusnya kalian katakan saja kalau permainan biola ku mengganggu kalian. Tapi sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula, bukankah suara merdu kalian dapat mengiringi permainan biolaku? Kalian tahu? Sebenarnya aku sangat menyukai suara kalian,” ucap Peri Andrea sambil tersenyum.
            “Benarkah?” tanya Igor dan Owly dengan wajah gembira.
            “Benar.”
            Sejak hari itu, setiap pagi penduduk negeri Gedeon selalu mendengarkan suara kokokan Igor dan alunan permainan biola peri Andrea. Sedangkan ketika malam hari, mereka akan mendengar Owly bernanyi diiringi permainan biola peri Andrea.
            *** 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[CERPEN] Nostalgia Lebaran (Dimuat di Koran Waspada, Minggu 8 Juli 2018)

[CERPEN] "Merah Putih di Atas Api" Dimuat di Koran Waspada Minggu, 13 Agustus 2017

[CERPEN ANAK] Terima Kasih Guruku (Dimuat di Rubrik Taman Riang Koran Analisa, Minggu 27 November 2016)