Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

[CERPEN] "Jantung Puisiku" Dimuat di Koran Medan Pos Pada Minggu, 18 Juni 2017

Gambar
Koran Medan Pos Edisi Minggu, 18 Juni 2017 Versi Cetak Jantung Puisiku Cerpen : Feby Farayola             Senja beranjak pulang. Namun aku masih di sini. Koridor lantai 4 gedung fakultas teknik. Jadwal kuliahku baru saja selesai. Itu sebabnya aku masih berada di sini. Aku mengurungkan niat untuk segera pulang. Menikmati langit senja di tempat ini adalah ladang inspirasi bagiku. Kadang, aku duduk pada sebuah bangku yang tersedia sambil menulis puisi. Namun kali ini aku hanya menikmati langit senja tanpa melakukan apapun.             Dari kejauhan, ku dengar suara langkah kaki mendekat. Samar-samar sesosok lelaki tertangkap indra penglihatanku. Semakin lama rupanya semakin jelas. Ah, lelaki itu lagi ternyata. Lelaki yang belakangan ini selalu merecokiku hanya karena puisi.             “Menunggu inspirasi datang?” ucapnya ketika ia telah berdiri di hadapanku.             Aku mengangguk sambil tersenyum kecil.             Ku lihat ia menghembuskan nafas lalu

[CERPEN] "Serpihan Sesal" Dimuat di Koran Waspada Pada Minggu, 18 Juni 2017

Gambar
Koran Waspada Edisi Minggu, 18 Juni 2017 Versi Cetak Serpihan Sesal Cerpen : Feby Farayola             Siang semakin matang. Aku menepi sejenak untuk berlindung dari matahari yang sinarnya semakin tajam menusuk kulitku. Abu-abu berterbangan dimana-mana. Aku menutup hidung dengan sebelah tangan sambil memandangi sekitar. Sama seperti hari-hari sebelumnya, suasana di terminal ini terbilang ramai. Tetapi, daganganku baru sedikit yang terjual. Sial!             Tiba-tiba suara kegaduhan mengusikku. Ku palingkan pandanganku ke arah suara kegaduhan itu berasal. Terlihat olehku di sana sesosok pria berpakaian rapi sedang adu mulut dengan beberapa orang. Ah, pria itu lagi. Apa ia tak bosan membuat keributan di tempat ini?             Ya, sudah berkali waktu pria itu terus membuat keributan di tempat ini. Waktu itu ia pernah ribut dengan seorang supir bus, kemudian dengan penjual tiket, lalu dengan seorang pedagang asongan, dan kali ini ia ribut dengan banyak orang. Ent

[CERPEN] "Tawa Langit" Dimuat di Koran Waspada Pada Minggu, 9 April 2017

Gambar
Koran Waspada Edisi Minggu 9 April 2017 Versi Digital                                                  Tawa Langit                       Cerpen : Feby Farayola          Belakangan ini, kampung itu dihebohkan dengan suara tawa yang berasal dari atas langit sana. Anehnya, suara tawa tersebut hanya muncul ketika adanya hal-hal istimewa yang terjadi pada para penduduk. Contohnya, ketika putra sulung pak lurah yang baru saja mendapatkan gelar sarjana teknik pulang kampung. Untuk merayakan hal tersebut, pak lurah mengadakan pesta selama 7 hari 7 malam. Tepat pada malam ketujuh, suara tawa tersebut terdengar. Seluruh penduduk yang mulanya larut dalam suasana pesta berubah menjadi ketakutan. Pasalnya, suara tawa tersebut terdengar begitu mengerikan dan menyakiti pendengaran.        Contoh lainnya ketika kembang desa kampung itu menikah dengan seorang pengusaha yang datang dari kota. Sama seperti perayaan kelulusan putra sulung pak lurah, pesta digelar selama 7 hari 7 malam

[CERPEN] "Gubuk di Tengah Hujan" Dimuat di Koran Waspada Pada Minggu, 5 Februari 2017

Gambar
                                                     Koran Waspada Edisi Minggu 5 Februari 2017 Versi Cetak  Gubuk di Tengah Hujan  Cerpen : Feby Farayola           Dia adalah lelaki pembawa hujan untuk kerontang yang bersarang di sukmaku. Sebenarnya hujan yang dibawanya bukan yang pertama. Dulu, pernah ada seorang lelaki yang datang dengan membawa hujan juga. Namun ia tidak tahu bagaimana caranya mengundang teduh. Sehingga aku tenggelam dalam luka.           Adakah hal yang lebih jahat dari membalas segenap cinta dengan air mata? Ada! Penghiantan. Pada waktu itu kebahagiaan dalam hidupku seolah dilahap habis oleh rasa sakit yang setiap hari menghantamku. Jangankan kembali tegak beridiri, tertatih pun aku alpa daya. Tetapi aku percaya, waktu menyimpan sejuta misteri. Dari sekian banyak misteri yang disimpannya, aku menemukan penawar atas semua rasa sakit itu; dia.             Dia adalah seseorang yang datang dengan membawa hujan sekaligus teduh. Dia tahu bagaimana

[CERPEN ANAK] Rahasia Bintang Jatuh (Dimuat di Koran Analisa Pada Minggu, 9 April 2017)

Gambar
Koran Analisa Edisi Minggu 9 April 2017 Versi Digital                  Rahasia Bintang Jatuh          Oleh : Feby Farayola           Bel istirahat telah berbunyi. Murid-murid kelas 5 di SD Alwashiliyah Bandar Huluan berhamburan keluar kelas untuk makan siang di kantin sekolah. Namun tidak dengan Laras dan Andin. Mereka tetap berada di dalam kelas.       “Laras, aku mau cerita sesuatu,” ucap Andin pada Laras ketika di kelas tersebut hanya ada mereka berdua.         “Cerita apa?” tanya Laras.        “Tapi kamu janji ya jangan kasih tahu siapa-siapa. Soalnya ini rahasia, oke?” ucap Andin lagi.        “Iya aku janji. Memangnya kamu mau cerita tentang apa sih?” tanya Laras penasaran.        Andin pun mulai bercerita. Bahwasanya tadi malam dirinya melihat bintang jatuh. Katanya kalau kita membuat permohonon ketika ada bintang jatuh, permohonan kita akan terkabul. Dan tadi malam, Andin membuat permohonan. Permohonannya yaitu semoga ayah membelikan sepeda baru untukny

[CERPEN ANAK] Gara-gara Kolak Ubi (Dimuat di Koran Analisa Pada Minggu, 11 Juni 2017)

Gambar
Koran Analisa Edisi Minggu, 11 Juni 2017 Versi Digital Gara-gara Kolak Ubi Oleh : Feby Farayola                              Bulan ramadhan datang kembali. Laras menyambutnya dengan penuh suka cita. Sejauh ini ia mampu berpuasa selama seharian penuh. Ketika berbuka puasa, Laras tak pernah lupa meminta ibu agar membeli kolak ubi dingin. Kolak ubi dingin adalah salah satu makanan kesukaan Laras.             Tanpa terasa bedug magrib pun terdengar. Segera Laras membatalkan puasanya dengan meminum segelas air putih. Tak lupa ia berdoa terlebih dahulu. Kemudia ia mulai menyantap kolak ubi dingin kesukaannya lalu lanjut menyantap sepiring nasi dengan lauk ayam goreng.             “Laras, makanannya jangan dihabiskan sekaligus. Nanti kamu sakit perut,” tegur ibu.             “Ibu tenang aja. Laras tahu kok porsi yang sesuai supaya nggak sakit perut. Lagian ibu tahu kan kalau kolak ubi dingin ini makanan kesukaan Laras. Dari tadi Laras nunggu bedug magrib supaya b