[OPINI] Keutamaan Jarak Dalam Islam (Dimuat di Koran Medan Pos, 5 Januari 2019]
Koran Medan Pos Versi Online |
Keutamaan Jarak Dalam Islam
Oleh : Feby Farayola
Berbicara mengenai jarak, hal-hal yang terlintas dalam fikiran masing-masing
kita pasti adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Seperti halnya lelah, waktu
yang terbuang dan lain sebagainya. Namun, tanpa disadari ada banyak keutamaan
mengenai jarak dalam ajaran agama islam. Salah satunya yaitu memperoleh pahala.
Bagaimana mungkin jarak dapat menghasilkan pahala?
Dalam hadits no. 1057 dari kitab Riyadhus Sholihin disebutkan bahwa:
“Sesungguhnya orang yang paling besar pahalanya di dalam shalat adalah yang
paling jauh berjalan menuju shalat, lalu yang jauh berikutnya. Dan orang yang
menunggu shalat sampai ia melaksanakannya bersama imam lebih besar pahalanya
daripada orang yang shalat kemudian tidur.” (Muttafaq’alaih. HR. Bukhari, no.
651 dan Muslim, no. 669)
Kata jauh dalam hadits di atas dapat dimaknai dengan jarak. Dalam hadits
tersebut juga disebutkan orang yang paling besar pahalanya di dalam shalat
adalah yang paling jauh berjalan menuju shalat. Kesimpulan yang dapat diamil
dari hadits di atas adalah makin jauh jarak yang ditempuh menuju masjid dengan
niat yang tulus untuk melaksanakan sholat berjamaah, makin banyak pula pahala
yang diperoleh.
Namun seringkali jarak menjadi kambing hitam atas rasa malas yang dirasakan
seseorang pergi ke masjid untuk beribadah. Padahal setiap langkah menuju masjid
terhitung menjadi pahala. Tidak bisa dipungkiri berjalan dalam jarak yang cukup
jauh menimbulkan rasa lelah. Namun jika rasa lelah tersebut berbuah pahala
seharusnya masing-masing kita berlomba-lomba memburu rasa lelah tersebut.
Selain rasa lelah yang berbuah pahala, banyak keutamaan-keutamaan yang dapat
diperoleh ketika berjalan kaki dalam rentan jarak yang tidak dekat menuju
masjid.
Satu, setiap langkah kaki ke masjid akan dihitung sedekah. Seperti yang di
sebutkan dalam HR. Muslim, no. 1009: “Setiap langkah berjalan untuk menunaikan
shalat adalah sedekah.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa banyak cara untuk
bersedekah menurut ajaran islam. Selain tersenyum cara lainnya yaitu berjalan
menuju mesjid.
Kedua, setiap langkah kaki ke tempat shalat dicatat sebagai kebaikan. Hal ini
juga disebutkan dalam HR. Ahmad, 2:283. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth: “Setiap
langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus
kejelekan.” Sudah menjadi kodrat bahwa manusia adalah makhluk yang jauh dari
kata sempurna dan tak luput dari kesalahan dan hal-hal buruk lainnya. Setiap
langkah menuju mesjid merupakan salah satu cara untuk menghapus
kesalahan-kesalahan tersebut dengan catatan berjanji dalam hati untuk tidak
melakukan kesalahan yang sama kembali. Sebab, hanya karena Allah maha pengampun
bukan berarti hambanya diperbolehkan melakukan kesalahan berulang-ulang lalu
memohon ampunan dan kembali melakukan kesalahan lagi. Alangkah baiknya jika
tiap-tiap manusia terus berbenah diri agar menjadi hamba yang lebih baik dari
sebelumnya.
Hadits-hadits tersebut memberikan pemahaman bahwa tak terhitung berapa banyak
keutamaan yang diperoleh jika kita meringankan langkah menuju mesjid.
Tidak hanya berjalan menuju mesjid, berjalan pulang dari masjid juga akan
dicatat sebagaimana pahal ketika pergi. Hal ini berdasarkan hadits berikut:
“Dulu ada seseorang yang tidak aku ketahui seseorang yang tidak aku ketahui
seorang pun yang jauh rumahnya dari masjid selain dia. Namun dia tidak pernah
luput dari shalat. Kemudian ada yang berkata padanya atau aku sendiri yang
berkata padanya, “Bagaimana kalau engkau membali keledai untuk dikendarai
ketika gelap dan ketika tanah dalam keadaan panas.” Orang tadi lantas menjawab,
“Aku tidaklah senang jika rumahku di samping masjid. Aku ingin dicatat bagiku
langkah kakiku menuju masjid dan langkahku ketika pulang kembali ke
keluargaku.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Sungguh Allah telah
mecatat bagimu seluruhnya.” (HR. Muslim, no. 663)
Imam Nawawi dalam Syarh
Shahih Muslim (5:149) mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa
langkah kaki ketika pulang dari shalat akan diberi ganjaran sebagaimana
perginya.”
Begitu mudahnya Allah memberikan cara kepada umat-Nya untuk memperoleh pahala
dan ridho-Nya. Kita lah yang seringkali lalai dan tidak menyadari hal tersebut
serta lebih mengedepankan rasa malas dan urusan-urusan duniawi. Padahal tujuan
akhir dari kehidupan adalah akhirat. Semoga tiap-tiap umat muslim memiliki
kesadaran dalam hati masing-masing untuk lebih mengedepankan urusan akhirat
ketimbang duniawi.
***
Komentar
Posting Komentar