[CERPEN ANAK] Sahur Andin (Dimuat di Koran Analisa, Minggu 27 Mei 2018)

Koran Analisa Versi Digital




Sahur Andin
Oleh : Feby Farayola

            Bulan ramadhan telah tiba. Hari ini adalah hari pertama Andin ikut makan sahur karena besok ia akan menjalani ibadah puasa. Dengan keadaan masih agak mengantuk Andin menghampiri ibu dan ayah yang telah menunggu di meja makan.
            “Cuci muka dulu sana Din,” pinta ibu.
            Andin pun pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu ia kembali ke meja makan untuk makan sahur bersama ibu dan ayah.
            “Sahur kali ini ibu masak apa?” tanya Andin sambil menyendok nasi ke piringnya.
            “Ibu masak tumis kangkung dan ikan tongkol sambal,” jawab ibu.
            “Andin kan gak suka ikan tongkol bu,” ucap Andin dengan wajah cemberut.
            “Iya ibu tahu. Tapi persediaan makanan di kulkas cuma ada kangkung dan ikan tongkol. Tadi sore ibu tidak sempat berbelanja karena kepala ibu pusing sekali.” Ibu menjelaskan.
            “Sudahlah Din dimakan saja apa yang dimasak ibu. Tidak baik pilih-pilih makanan begitu. Itu namanya tidak bersyukur.” Ayah mencoba menasehati Andin.
            Karena masakan yang dimasak ibu bukan makanan favoritnya, Andin hanya makan sedikit. Nasi dipiringnya bahkan tersisa banyak.
            “Kenapa tidak dihabiskan Din?” tanya ibu.
            “Andin sudah kenyang,” Andin membuat alasan. Padahal ia tidak berselera menghabiskan makanan tersebut.
            ***
            Keesokan harinya ketika pulang sekolah Andin merasa sangat lemas. Perutnya juga terasa seperti diremas-remas. Terlebih cuaca terik siang itu membuatnya sangat haus dan lapar. Dalam hati Andin terus menyemangati dirinya sendiri agar bertahan hingga tiba di rumah. Andin pulang sekolah dengan berjalan kaki. Ketika telah sampai di rumah nanti Andin berniat akan segera mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
            Akhirnya Andin pun tiba di rumahnya. Andin mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh ibu. Tiba-tiba Andin pingsan. Ibu sangat panik. Segera ibu memanggil tetangga untuk membantunya membawa Andin ke kamar.
            Beberapa menit kemudian Andin pun sadar. Wajah cemas ibu adalah hal pertama yang Andin lihat. Andin jadi merasa bersalah karena telah membuat ibu cemas. Ibu bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Andin. Dan Andin menjawab bahwa Andin merasa tubuhnya sangat lemas. Perutnya juga terasa sakit. Ibu menyarankan pada Andin untuk membatalkan puasa jika Andin tidak sanggup. Namun Andin berkata pada ibu bahwa Andin sanggup untuk meneruskan puasanya hingga waktu berbuka tiba. Ibu pun menyuruh Andin untuk beristirahat.
            Tanpa terasa waktu berbuka pun tiba. Andin, ibu, dan ayah menikmati menu berbuka pada hari itu dengan lahap. Terlebih Andin. Hari itu ibu memasak capcai, cumi-cumi goreng tepung, dan sambal ikan dencis. Tanpa sadar Andin memakan ikan tongkol sambal sisa sahur semalam yang telah dipanaskan ibu yang ditelakkan pada mangkuk yang sama dengan ikan dencis sambal. Tapi kali ini Andin tetap menyantapnya dengan lahap meskipun itu bukan makanan kesukaannya. Ayah dan ibu geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat Andin.
            “Banyak anak-anak di luar sana yang kelaparan karena tidak memiliki makanan untuk dimakan. Andin harus bersyukur karena tidak seperti mereka,” nasihat ayah disela-sela Andin menyantap menu makanan berbuka puasanya.
            “Iya ayah. Sekarang Andin mengerti,” ucap Andin.
            Sekarang Andin mengerti bahwa dalam menjalani ibadah puasa itu bukan tentang apa menu makanan yang akan kita makan saat sahur atau berbuka. Tapi seberapa ikhlas niat kita dalam menjalani ibadah puasa untuk mendapatkan pahala dari Allah .
            ***  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[CERPEN] Nostalgia Lebaran (Dimuat di Koran Waspada, Minggu 8 Juli 2018)

[CERPEN] "Merah Putih di Atas Api" Dimuat di Koran Waspada Minggu, 13 Agustus 2017

[CERPEN ANAK] Terima Kasih Guruku (Dimuat di Rubrik Taman Riang Koran Analisa, Minggu 27 November 2016)